MUSLIMMENJAWAB.COM – Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, dimana Nabi saw sendirilah yang pertama kali menggunakan istilah Syiah untuk orang-orang yang mengikuti dan berwilayah kepada Ali bin Abi Thalib ra dan ahlulbaitnya, dari sanalah bisa kita katakan bahwa Nabi lah sebagai pengasas dan pendiri kelompok atau golongan yang menyatakan Ali bin Abi Thalib sebagai wali bagi mereka semua.
Begitu juga telah masyhur di kalangan para sahabat Nabi saw bahwa istilah syiah dikhususkan untuk suatu kelompok yang mengikuti dan meyakini wilayah Ali bin Abi thalib dan Ahlulbaitnya, hanya saja mungkin ada sebagian ulama suni seperti Ibn Hajar Atsqalani yang mengkorfirmasikan bahwa maksud dari syiah yang disandingkan kepada sebagian para sahabat dalam kitab-kitab suni adalah mereka yang menganggap Ali bin Abi Thalib ra lebih utama dari sahabat lainnya, tetapi bukan yang mengutamakan Ali bin Abi Thalib ra dari Abu Bakar dan Umar, sehingga Ibn Hajar Atsqalani memahami bahwa para sahabat nabi yang dikatakan syiah itu adalah karena mereka bermahabbah kepada Ali tanpa mengutamakannya diatas Abu Bakar dan Umar , walaupun mereka mendahulukannya dari sahabat lainnya. Ibn Hajar Atsqalani mengatakan:
والتشيع محبة علي وتقديمه على الصحابة، فمن قدمه على أبي بكر وعمر فهو غال في تشيعه ويطلق رافضي وإلا فشيعي
“Syiah adalah mahabbah kepada Ali dan mengutamakannya dari sahabat lainnya, barang siapa yang mengutamakannya di atas Abu Bakar dan Umar maka dia adalah berlebih-lebihan/ekstrim dalam kesyiaahannya dan dinamakan rafidhi, jikalau tidak maka dia hanyalah seorang syiah. (Hadi as-Sari: 231)
Akan tetapi kenyataannya pernyataan Ibn Hajar Atsqalani ini memiliki banyak kekurangan diantaranya:
1. Kata Syiah sebagai sebuah kelompok atau golongan yang berwilayah kepada Ali bin Abi Thalib ra telah dikenal sejak zaman Nabi saw, sedangkan di zaman itu pun Abu Bakar dan Umar bin Khattab, begitu pun Utsman bin Affan masih hidup, sehingga tidak ada artinya lagi kalau kita persempit istilah syiah ini hanyalah mahabbah Ali dan yang mendahulukan Ali bin Abi Thalib dari sahabat lainnya selain Abu Bakar dan Umar.
كان بين الصحابة حتي في عهد النبي (ص) شيعة لربيبه علي ، منهم : أبو ذر الغفاري ، والمقداد بن الأسود ، وجابر بن عبد الله ، وأبي بن كعب ، وأبو الطفيل عمر بن وائلة ، والعباس بن عبد المطلب وجميع بنيه ، وعمار بن ياسر ، وأبو أيوب الأنصاري.
“Di antara para sahabat, bahkan di zaman Nabi saw telah dikenal sebagai syiahnya orang yang dibina Nabi saw yakni Ali, diantara mereka adalah : Abu Dzar al-Ghifari, Al-Miqdad bin al-Aswad, Jabir bin Abdullah, Abi bin Ka’ab, Abu Thufail Amru bin Watsilah, Abbas bin Abdulmuthallaib dan seluruh putranya, Ammar bin Yasir, Abi Ayyub al-Anshari.” (DR Subhi Shalih, An-Nadzm al-Islamiah: 96, Mansyurat as-Syarif ar-Radhi, Cetakan pertama, 1418 H).
2. Sebagian Keterangan di dalam kitab-kitab suni Justru secara jelas menerangkan bahwa sebagian sahabat yang syiah ini meyakini Ali bin Abi Thalib sebagai orang yang lebih berhak dalam masalah kepemimpinan setelah Nabi saw dari sahabat lainnya.
كان جماعة من الصحابة يتشيعون لعلي ويرون استحقاقه على غيره ولما عدل به إلى سواه تأففوا من ذلك وأسفوا له مثل الزبير وعمار بن ياسر والمقداد بت الأسود وغيرهم، إلا أن القوم لرسوخ قدمهم في الدين وحرصهم على الإلفة لم يزيدوا في ذلك على النجوى بالتأفف والأسف
“Pada saat itu sudah ada sekelompok sahabat Nabi saw yang menjadi syiah (mengikuti) Ali dan mereka memandangnya lebih berhak dari selainnya (dalam masalah kepemimpinan), Dan ketika kepemimpinan itu disimpangkan kepada selainnya (Ali), mereka mengeluhkan hal itu dan menyayangkannya. Mereka itu seperti Zubair, dan yang bersamanya Ammar bin Yasir, dan Al-Miqdad bin al-Aswad dan lain-lainnya. Namun, karena kedalaman langkah (dan keimanan) kaum tersebut dalam masalah agama dan harapan mereka dalam kerukunan (umat), mereka pun menahan keluh -kesah itu hanya sampai batas berbisik-bisik.” (Abdurrahman bin Khaldun, Tarikh Ibn Khaldun: 3/215, Dar al-Fikri – Beirut, 1406 H).
3. Sebagian sahabat menganggap Ali adalah sahabat yang paling mulia disisi Nabi Saw, seperti yang dikatakan Ibn Hazm.
وروينا عن نحو عشرين من الصحابة أن أكرم الناس علي رسول الله ( ص ) علي بن أبي طالب.
Kita memiliki riwayat yang menyatakan bahwa sekitar dua puluh sahabat yang menganggap orang yang paling mulia di sisi Rasul Saww adalah Ali bin Abi Thalib ra. (Ibn Hazm, Al-Faslu fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal: 4/90, Maktabah as-Salam al-Alamiah).
4. Sebagian Sahabat seperti Abu Thufail yang dianggap ekstrim dalam kesyiaahannya, sehingga mendahulukan Ali dari seluruh sahabat Nabi saw, sampai-sampai Bukhari enggan meriwayatkan darinya.
أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ يَعْقُوبَ , أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ نُعَيْمٍ الضَّبِّيُّ , قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا عَبْدِ اللَّهِ بْنَ الْأَخْرَمِ الْحَافِظَ , وَسُئِلَ: لِمَ تَرَكَ الْبُخَارِيُّ حَدِيثَ أَبِي الطُّفَيْلِ عَامِرِ بْنِ وَاثِلَةَ , قَالَ: لِأَنَّهُ كَانَ يُفْرِطُ فِي التَّشَيُّعِ
“Mengabarkan kepadaku Muhammad bin Ahmad bin Ya’qub, mengabarkan kepadaku Muhammad bin Nu’aim ad-Dhibbiyyu, berkata : aku mendengar Abu Abdillah bin al-Akhram al-Hafidz, dan dia pernah ditanyakan: kenapa Bukhari meninggalkan hadis dari Abu Thufail amir bin Watsilah, dia menjawab: karena dia (Thufail) ekstrim dalam kesyiahannya.”