Rafidhoh Bukan Istilah Syar’i Tetapi Istilah Politik Penguasa (5)

Muslim Menjawab – Dalam sebagian kitab kamus lughot disebutkan bahwa istilah “Rafidhoh” digunakan bagi sekelompok orang syiah yang menolak Zaid bin Ali yang memerintahkan mereka untuk tidak melakukan celaan terhadap Abu Bakar dan Umar dan kepada sahabat nabi lainnya, seperti di dalam kitab Mishbah al-Munir:

(الرَّافِضَةُ) فِرْقَةٌ مِنْ شِيعَةِ الْكوفَةِ سُمُّوا بِذلِكَ لِأَنَّهُمْ (رَفَضُوا) أَىْ تَرَكُوا زَيْدَ بْنَ عَلِىّ عَلَيْهِ السَّلامُ حِينَ نَهَاهُمْ عَنِ الطَّعْنِ فِى الصَّحَابَةِ فَلَمَّا عَرَفُوا مَقَالَتَهُ و أَنَّهُ لَا يَبْرَأُ مِنَ الشَّيْخَيْنِ رَفَضُوهُ ثُمَّ اسْتُعْمِلَ هَذَا اللَّقَبُ فِى كُلِّ مَنْ غَلَا فِى هذَا الْمَذْهَبِ وَ أَجَازَ الطَّعْنَ فِى الصَّحَابةِ.

Read More

“Rafidhoh adalah sekelompok orang dari golongan Syiah Kufah dinamakan demikian karena mereka rafadhu yakni meninggalkan Zaid bin Ali, ketika dia melarang mereka dalam mencela sahabat, dan ketika mereka (Syiah Kufah) mengetahui pernyataannya (dalam melarang celaan tersebut) serta sikapnya yang tidak berlepas diri dari Syeikhain (Abu Bakar dan Umar bin Khattab), mereka meninggalkannya, maka dari sanalah digunakan julukan itu (rafidhoh) bagi setiap orang yang ghulu dalam mazhab tersebut (syiah) dan yang membolehkan celaan kepada para sahabat,” (Fuyumi, Mishbah al-Munir: 232, Muassasah Dar al-Hijrah, cetakan ke-2, 1414).

Akan tetapi penggunaan Istilah Rafidhoh dengan tema yang disebutkan diatas (yakni bagi kaum dari syiah yang meninggalkan Zaid bin Ali karena menolak larangannya dalam mencela Sahabat) kurang tepat sebab penggunaan Istilah Rafidhoh jauh-jauh hari sebelum zaman Zaid bin Ali sudah digunakan bagi sekelompok masyarakat yang menolak atau meninggalkan penguasa, seperti yang pernah disebutkan dalam sesi sebelumnya dalam surat Muawiah mengenai Rafidhoh ahli Basrah yang meninggalkan Kekuasaan Ali bin Abi Thalib, begitu juga Muawiyah menggunakannya untuk sekelompok orang yang meninggalkan dan menolak kekuasaannya sendiri yakni kepada Ali bin Abi Thalib dan kaum yang bersama dengannya seperti dalam keterangan berikut ini dari Ibn A’tsam dalam kitabnya Al-Futuh:

وأن علي بن أبي طالب قد إجتمع إليه رافضة أهل الحجاز وأهل اليمن والبصرة والكوفه

“Sesungguhnya Ali bin Abi Tholib telah mengumpulkan Rafidhoh penduduk Hijaz, Yaman, Bashrah, dan Kufah,” (Ibn A’tsam, Kitab Al-Futuh: 2/510, Dar al-Adhwa – Beirut, cetakan pertama, 1411 H).

Dari sana bisa kita simpulkan bahwa istilah Rafidhoh sudah digunakan sebelum zaman Zaid bin Ali yakni di zaman Muawiyah sebagai sebuah istilah politik penguasa, sehingga awal kemunculan istilah Rafidhoh yang digunakan pada zaman Zaid bin Ali untuk tema sekelompok dari syiah yang meninggalkan Zaid bin Ali karena mencela sahabat sangatlah kurang tepat.

Atau mungkin saja istilah itu berkembang di zaman Zaid bin Ali untuk orang syiah, karena sudah sejak lama dari zaman Muawiyah itu sendiri selalu menggunakan kata Rafidhoh untuk kelompok yang menentang dan menolak kekuasaannya, yang mana salah satu dari kelompok tersebut adalah syiah Ali bin Abi Tholib yang memiliki ciri-ciri mencintai Ahlulbait as, menolak Syeikhein dan Muawiyah sebagai khalifah yang sah.

Dari sanalah bisa kita pahami bahwa Istilah Rafidhoh bukanlah istilah Syar’i yang berasal dari Al-Quran atau pun Sunnah yang muktabarah, tetapi sebuah kata yang sengaja diletakkan oleh penguasa Muawiyah, yang pada awalnya digunakan untuk setiap kelompok yang menentang kekuasaan, lalu berkembang dan terpusat maknanya untuk kelompok yang menentang kekuasaan Muawiyah itu sendiri, yang mana hal ini terwakili oleh kelompok Syiah yang makruf di dalam sejarah menolak kekuasaan Muawiyah.

Keterangan diatas pun bisa dipertegas dengan sebagian riwayat dari Imam Baqir dalam kitab Al-Mahasin:

 عَنْهُ عَنْ يَعْقُوبَ بْنِ يَزِيدَ عَنِ الْحَسَنِ بْنِ مَحْبُوبٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُلَيْمَانَ الدَّيْلَمِيِّ عَنْ رَجُلَيْنِ عَنْ أَبِي بَصِيرٍ قَالَ: قُلْتُ لِأَبِي جَعْفَرٍ ع جُعِلْتُ فِدَاكَ اسْمٌ سُمِّينَا بِهِ اسْتَحَلَّتْ بِهِ الْوُلَاةُ دِمَاءَنَا وَ أَمْوَالَنَا وَ عَذَابَنَا قَالَ وَ مَا هُوَ قَالَ الرَّافِضَةُ

“… Dari Abi Bashir, berkata, Aku berkata kepada Abi Ja’far (as) jiwaku menjadi tebusan bagimu,kami dijuluki dengan sebuah julukan yang mana penguasa dapat menghalalkan darah kami dan harta kami bahkan menyiksa kami, Imam berkata : apakah julukan tersebut? Dia berkata rafidhoh,” (Al-Barqi, Al-Mahasin: 1/256, Majma’ al-‘Alami li Ahlilbait, cetakan ke-3, 1432 H).

Imam Baqir sezaman dengan Zaid bin Ali dan merupakan saudaranya, dan disana dijelaskan dengan jelas bahwa julukan Rafidhoh sudah masyhur di zaman itu, yang mana istilah tersebut diletakkan oleh penguasa untuk kelompok syiah, sehingga dengan julukan itu penguasa dapat membunuh, merampas harta dan menyiksa kaum syiah.

Related posts

Leave a Reply