MUSLIMMENJAWAB.COM – Secara mendasar Islam selalu mengajak manusia pada nilai-nilai kebaikan dan memerintahkannya menjauhi atau menolak nilai-nilai keburukan. Ini adalah sebuah konsep utama yang dijunjung oleh Islam dalam memberikan jalan terbaik bagi manusia untuk menjalani kehidupannya.
Konsep ini diistilahkan dengan Tawalli dan Tabarri. Tawalli yang berarti berwilayah atau sederhananya adalah keberpihakan terhadap kebaikan, sementara Tabarri adalah berlepas diri dari keburukan.
Dalam hal ini laknat yang telah kita singgung pada kajian sebelumnya, termasuk kedalam salah satu bentuk dari Tabarri atau berlepas diri dari keburukan. Dan hal ini dilakukan oleh Allah swt sendiri dalam Al-Quran seperti yang telah kita singgung, bahkan oleh Rasulullah saw.
Sejarah mencatat bahwa Rasulullah saw pernah melaknat beberapa orang, diantaranya sebagai berikut:
قوله (والشجرة الملعونة فی القرآن ونخوفهم فما یزیدهم إلا طغیانا کبیرا) ولا اختلاف بین أحد أنه أراد بها بنی أمیة
ومنه قول الرسول علیه السلام وقد رآه مقبلا على حمار ومعاویة یقود به ویزید ابنه یسوق به لعن الله القائد والراکب والسائق
.. Dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. (Al-Isra’: 60) dan tidak ada diantara siapa pun bahwasannya yang dimaksud dengan itu (pohon terkutuk) adalah Bani Umayah.
Dan diantaranya perkataan Rasul saw yang mana ia melihat (Abu Sufyan) menunggangi seekor keledai dan Muawiyah memimpinnya serta Yazid anaknya mengikutinya (dari belakang), “Semoga Allah melaknat yang mengarahkan (keledai), yang menunggangi serta yang mengikutinya.” (Tarikh Thabari, jil: 10, hal: 58, Darul Ma’arif, Mesir)
حَدَّثَنَا السَّکَنُ بْنُ سَعِیدٍ، قَالَ: نَا عَبْدُ الصَّمَدِ، قَالَ: نَا أَبِی، وَحَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ، عَنْ سَعِیدِ بْنِ جُمْهَانَ، عَنْ سَفِینَةَ، رَضِیَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِیَّ صَلَّى اللهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ کَانَ جَالِسًا فَمَرَّ رَجُلٌ عَلَى بَعِیرٍ وَبَیْنَ یَدَیْهِ قَائِدٌ وَخَلْفَهُ سَائِقٌ، فَقَالَ: لَعَنَ اللَّهُ الْقَائِدَ وَالسَّائِقَ وَالرَّاکِبَ
Nabi saw sedang duduk dan lewat seorang lelaki menunggangi unta, dan di depannya ada yang mengarahkan (untanya) serta di belakangnya ada seorang yang mengikutinya, kemudian Nabi berkata: “Semoga Allah melaknat yang mengarahkan (unta), yang menunggangi serta yang mengikutinya.” (Al-Bahruz Zakhar atau Musnad Al-Bazzar, jil: 9 hal: 286, Maktabatul Ulum Wal Hikam, Madinah)
وعن سفینة أن النبی (ص) کان جالسا فمر رجل على بعیر وبین یدیه قائد وخلفه سائق فقال لعن الله القائد والسائق والراکب رواه البزار ورجاله ثقات
Nabi saw sedang duduk dan lewat seorang lelaki menunggangi unta, dan di depannya ada yang mengarahkan (untanya) serta di belakangnya ada seorang yang mengikutinya, kemudian Nabi berkata: “Semoga Allah melaknat yang mengarahkan (unta), yang menunggangi serta yang mengikutinya.” Al-Bazzar meriwayatkannya dan para perawinya adalah tsiqah. (Majma’uz Zawa’id, jil: 1, hal: 148, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut)
حَدَّثَنَا خَلَفٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَارِثِ بن سعید عَنْ سَعِیدِ بْنِ جُمْهَانَ عَنْ سَفِینَةَ مَوْلَى أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِیَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَیْهِ وَسَلَّمَ کَانَ جَالِسًا فَمَرَّ أَبُو سُفْیَانَ عَلَى بَعِیرٍ وَمَعَهُ مُعَاوِیَةُ وَأَخٌ لَهُ ، أَحَدُهُمَا یَقُودُ الْبَعِیرَ وَالآخَرُ یَسُوقُهُ،فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى عَلَیْهِ وَسَلَّمَ: لَعَنَ اللَّهُ الْحَامِلُ وَالْمَحْمُولُ وَالْقَائدُ وَالسَّائِقُ
Nabi saw sedang duduk dan lewat Abu Sufyan menunggangi unta bersamanya Muawiyah dan seorang saudaranya, salah seorang dari mereka mengarahkan unta dan yang lainnya mengikutinya, kemudian Nabi berkata: “Semoga Allah melaknat yang membawa dan yang dibawa, yangmengarahkan (unta), yang menunggangi serta yang mengikutinya.” (Kitabu Jumal Min Ansabil Asyraf, jil: 5, hal: 136, Darul Fikr, Beirut)
قال أخبرت عن أبی مالک کثیر بن یحیى البصری قال حدثنا غسان بن مضر قال حدثنا سعید بن یزید عن نصر بن عاصم اللیثی عن أبیه قال دخلت مسجد رسول الله صلى الله علیه و سلم وأصحاب النبی صلى الله علیه و سلم یقولون نعوذ بالله من غضب الله وغضب رسوله قلت ما هذا قالوا معاویة مر قبیل أخذ بید أبیه ورسول الله صلى الله علیه و سلم على المنبر یخرجان من المسجد فقال رسول الله صلى الله علیه و سلم فیهما قولا
Dari Ashim Al-Laitsi dari ayahnya, berkata: “Aku memasuki masjid Rasulullah saw dan para sahabat Nabi saw berkata: ‘kami berlindung dari murka Allah dan murka rasul-Nya,’ aku berkata: ‘Ada apa?’ mereka berkata: ‘Muawiyah lewat menggandeng ayahnya sementara Rasulullah saw di atas mimbar, mereka berdua keluar dari masjid, kemudian Rasulullah mengatakan sesuatu terkait mereka berdua.’”(At-Thabaqatul Kubra, jil: 7, hal: 54-55, Darul Kutub Ilmiyah, Beirut)
قال الطبرانی وحدثنا عبدالرحمن بن الحسین الصابونی ثنا عقبة بن سنان الذارع قالا ثنا غسان بن مضر عن سعید بن یزید أبی مسلمة عن نصر بن عاصم اللیثی عن أبیه قال دخلت مسجد المدینة فإذا الناس یقولون نعوذ بالله من غضب الله وغضب رسوله قال قلت ماذا قالوا کان رسول الله صلى الله علیه وسلم یخطب على منبره فقام رجل فأخذ بید أبیه فأخرجه من المسجد فقال رسول الله صلى الله علیه وسلم: لعن الله القائد والمقود ویل لهذه الأمة من فلان ذی الأستاه
Dari Ashim Al-Laitsi dari ayahnya, berkata: “Aku memasuki masjid Rasulullah saw dan para sahabat Nabi saw berkata: ‘kami berlindung dari murka Allah dan murka rasul-Nya,’ aku berkata: ‘Ada apa?’ mereka berkata: ‘Rasulullah saw sedang berkhutbah di atas mimbarnya, kemudian berdiri seorang lelaki, lalu menuntun ayahnya, ia membawanya keluar dari masjid, kemudian Rasulullah berkata: ‘Semoga Allah melaknat orang yang menuntun dan yang dituntun..’” (Al-Ahadits Al-Mukhtarah, jil: 8, hal: 179-180)
Dari sini jelas dapat kita ambil kesimpulan bahwa laknat adalah sesuatu yang memiliki dasar dalam agama, sebagai bentuk dan sikap ketidaksukaan, berlepas diri dan menjauh dari hal-hal yang memiliki nilai buruk.