Muslim Menjawab – Pada seri ini, penulis bermaksud melengkapi pembahasan sekaitan dengan Beberapa Tabi’in yang Tidak Mengerjakan Tarawih. Dua seri sebelumnya telah membahas hal ini. Kali ini, kita akan menyaksikan sikap salah satu tabiin sekaitan dengan shalat tarawih yang terdapat dalam kitab-kitab Ahlussunnah. Tulisan ini dilancarkan semata-mata hanya ingin memberikan penjelasan bahwa mazhab Syiah juga mempunyai alasan mengapa tidak melaksanakan shalat tarawih sebagaimana mazhab Ahlussunnah.
Sebagai mana yang diketahui, tarawih merupakan amalan bidah atau dalam kata lain amalan ini muncul pada masa khalifah Umar bin Khattab. Baik Ahlussunnah maupun Syiah mengetahui hal tersebut. Riwayat mengenai itu juga telah dibahas pada awal-awal seri tema tarawih.
Berikut ini terdapat beberapa riwayat lain yang mengisyaratkan penolakan seorang tabiin terhadap shalat sunnah atau tarawih yang dilakukan secara berjamaah. Ia adalah Abu Imran Ibrahim bin Yazid an-Nakha’i, juga dikenal sebagai Ibrahim an-Nakha’i, adalah seorang Tabiin, teolog, dan ahli hukum. Ia bertemu banyak sahabat Nabi, termasuk Anas bin Malik dan Aisyah binti Abu Bakar. Tabiin ini berpendapat bahwa dua surat dari Al-Quran yang dibaca lebih baik dari shalat tarawih di bulan Ramadhan yang dilaksanakan secara berjamaah.
Ibnu Abi Syaibah (235 H) seorang imam yang alim, pemimpin para hafidh, dalam kitabnya Al-Mushannaf juga Imam Ath-Thahawi As-Syafi’i (321 H) dalam kitabnya Syarh Ma’ani al-Atsar meriwayatkan;
حَدَّثَنَا وَکِیعٌ، عَنْ سُفْیَانَ، عَنْ أَبِی حَمْزَةَ، عَنْ إِبْرَاهِیمَ، قَالَ: «لَوْ لَمْ یَکُنْ مَعِی إِلَّا سُورَةٌ أَوْ سُورَتَانِ لَأَنْ أُرَدِّدَهُمَا، أَحَبُّ إِلَیَّ مِنْ أَنْ أَقُومَ خَلْفَ الْإِمَامِ فِی شَهْرِ رَمَضَانَ».
“Ibrahim An-Nahka’i berkata; Jika aku hanya bisa mengulang dua surat dari al-Quran, hal itu lebih aku sukai ketimbang shalat (tarawih) di belakang imam pada bulan Ramadhan.”