Hari Al-Quds dalam Kacamata Nabi Saw dan Keluarganya

MUSLIMMENJAWAB.COM – Saat benak kita melayang ke Palestina, yang tergurat di dalamnya adalah bangunan-bangunan yang porak-poranda; suara keluh-kesah warga Palestina yang telah kehilangan segala sesuatu yang berharga, termasuk kehilangan orang-orang yang mereka sayangi, belum lagi jeritan pilu anak-anak kecil yang sudah yatim-piatu dan seterusnya  dan seterusnya. Siapa yang tak tersayat hatinya melihat kesengsaraan mereka?

Sudah pulahan tahun pemandangan itu berlangsung, bahkan hingga kini  rezim Zionis-Israel masih tetap tega menyiksa jiwa dan raga warga Palestina. Atas kekejaman mereka, yang mungkin sudah tidak sanggup lagi digamabarkan dengan kata-kata, maka kesengsaraan yang dirasakan oleh warga Palestina memanggil hati nurani manusia yang peduli terhadap hak-hak kemanusiaan untuk hadir bersama mereka.

Read More

Berangkat dari rasa kemanusiaan dan rasa empati yang tinggi, Imam Khomeini, salah seorang tokoh revolusioner berpengaruh Iran membuat sebuah gebrakan pada 1979 M, yang hingga kini, gebrakan itu masih lestari, yaitu sebuah upaya yang ia bangun dengan tujuan memberikan dukungan penuh terhadap warga Palestina dan tidak membiarkan mereka berdiri sendirian di hadapan rezim Zionis-Israel yang tak manusiawi itu.

Gebrakan yang dibuat Imam Khomeni dalam membela Palestina itu  dekenal dengan hari al-Quds, yang biasa diperingati di Jumat terakhir bulan Ramadan. Tidak hanya Iran, hari al-Quds selalu diperingati hampir di seluruh penjuru dunia, terlebih bagi mereka yang memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi kepada kelompok yang tarzalimi.  Seperti yang disinggung di dalam tulisan sebelumnya, peringatan al-Quds berisi sebuah dukungan terhadap Palestina sekaligus bentuk kecaman kepada rezim Zionis-Israel dan sekutunya.

Siapapun yang memiliki akal sehat dan kejernihan hati, pasti akan menaruh empati yang luar biasa besar kepada saudara kita yang tertindas, terlebih mereka yang berada di tanah Palestina. Lebih dari itu, Islam hadir di tengah-tengah manusia, selain untuk mengajarkan syariat-syariat Islam melalui nabinya, juga mengajarkan kepada kita tentang begaimana cara bersosial, termasuk di dalamnya memupuk kepedulian pada sesama.

Di dalam sebuah hadis, Imam Shadiq berkata,

تقرّبوا اِلی اللّهِ بمواساتِ اِخوانِکم

“Dekatilah Allah swt. dengan membantu saudara-saudara kalian.”[1]

Di dalam hadis lain, Sayyidia Ali berkata,

احسنُ الاحسانِ مواساتُ الاخوانِ

“Sebaik-baik kebaikan adalah dengan membantu saudara (sekemanusiaan).”[2]

 أسعَدُ الناسِ مَن خالَطَ كِرامَ الناسِ 

“Paling bahagianya manusia adalah orang yang membaur (di tengah masyarakat) dalam rangka memuliakan sesamanya.”[3]

Mendukung warga Palestina yang terjajah—dalam bentuk apapun itu—sama saja ujud bantuan kita kepada mereka dari cengkraman rezim Zionis-Israel. Melalui deretan hadis di atas, juga hadis-hadis yang ada di dalam tulisan sebelumnya terkait dengan empati kita kepada kaum tertindas, menunjukkan betapa besar perhatian Islam kepada orang-orang yang tertindas dan terzalimi.

Akhir kalam, tak perlu dalil yang ribet untuk membuktikan keharusan kita dalam membela bangsa Palestina. Selama kita sadar bahwa kita adalah manusia yang normal, maka sudah seharunya kita terpanggil di saat sesama kita mengalami kesengsaraan. Bukankah manusia ibarat satu anggota tubuh, jika satu anggota tubuh kita sakit, maka anggota tubuh yang lain juga merasakannya?


[1] Safinatul Bihar, Syekh Abbas Al-Qummi, jil. 2, hal. 23.

[2] Biharul Anwar, Muhammad Baqir Majlisi, jil. 71, hal. 395, hadis 22.

[3] Idib, jil. 2, hal. 185, hadis: 74.

Related posts

Leave a Reply