Muslim Menjawab – Pada beberapa seri sebelumnya, telah dibahas mengenai ghulat (berlebih-lebihan atau melampaui batas) dalam memandang sesuatu ataupun pribadi seseorang. Dalam pembahasan ini, ghulat dilekatkan kepada kelompok Syiah. Alasannya karena mereka dipandang berlebih-lebihan tatkala memposisikan kedudukan Ahlulbait terkhusus pada Ali bin Abi thalib AS sehingga menuhankannya.
Namun, dengan jelas tuduhan ini telah terbantahkan oleh banyak riwayat bahwa Ali bin Abi Thalib adalah seorang khalifah, wali dan pemimpin pasca Rasulullah SAW dan bukan tuhan. Para penulis pun telah membahasnya pada seri-seri awal tema ini dengan berbagai bukti baik dari Syiah maupun Sunni.
Adapun pandangan atau pujian berlebihan terhadap Ahlulbait, mesti kita perjelas. Ukuran dan batasan apa, sehingga tatkala seseorang memuji Ali bin Abi Thalib dan Ahlulbait dipandang ghuluw atau berlebih-lebihan? Syiah berpandangan bahwa mereka memuji para Imamnya berdasarkan kedudukannya sebagai Imam pengganti Rasulullah SAW. Hal ini didukung dengan riwayat-riwayat yang ada, baik dari sumber Syiah maupun Sunni. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai keutamaan-keutamaan Ali bin Abi Thalib/Ahlulbait dalam kitab-kitab rujukan Ahlussunnah, pembaca dapat merujuk kembali pada seri-seri awal pembahasan di website ini.
Sebagai contoh, berikut ini salah satu hadis dari Rasulullah SAW mengenai keutamaan yang dimiliki oleh Ali bin Abi Thalib. Dalam hadis ini digambarkan jika orang-orang mengetahuinya, mereka akan melebih-lebihkan Ali bin Abi Thalib AS, sebagaimana orang-orang Nasrani menempatkan Nabi Isa as. Maka Rasulallah SAW tidak membicarakannya.
Hadis ini tercantum dalam kitab al-Mu’jam al-Kabir milik Imam ath-Thabrani (260 H). Ia adalah seorang ‘alim dan pemuka ahli hadits. Karyanya banyak dijadikan rujukan oleh para ulama Ahlussunah. Dalam kitabnya, Rasulullah SAW berkata kepada Ali bin Abi Thalib:
أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعَلِيٍّ عَلَيْهِ السَّلَامُ : وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ، لَوْلَا أَنْ تَقُولَ فِيكَ طَوَائِفُ مِنْ أُمَّتِي مَا قَالَتِ النَّصَارَى فِي عِيسَى بْنِ مَرْيَمَ لَقُلْتُ فِيكَ الْيَوْمَ مَقَالًا لَا تَمُرُّ بِأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ إِلَّا أَخَذُوا التُّرَابَ مِنْ أَثَرِ قَدَمَيْكَ يَطْلُبُونَ بِهِ الْبَرَكَةَ
“Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya! Jika bukan karena kekhawatiranku akan perkataan golongan-golongan dari umatku tentangmu sebagaimana para Nasrani (menuhankan) Isa bin Maryam, maka hari ini kan kukatakan perkataan-perkataan tentang keutamaanmu sehingga tidak akan ada satu orangpun melewatimu kecuali dia mengambil tanah bekas langkahmu untuk mengharap berkah.”
Riwayat diatas juga terdapat dalam beberapa kitab lainnya seperti: ‘Ilal al-Hadits Ibn Abi Hatim, Hal. 313. Majma Az-Zawaid wal-Manba al-Fawaid al-Haitsami Juz 9, Hal. 131. Al-Manaqib Ibn al-Magazali hal. 157. Yanabi al-Mawaddah Al Qunduzi Juz 1, hal 393. Syarah Nahjul Balagah Ibn Abi al-Hadid Juz 18, hal. 282.
Imam Ahmad bin Hambal pun memberikan perkataan mengenai keutamaan Ali bin Abi Thalib di atas semua sahabat:
أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ يَقُولُ: «مَا جَاءَ لِأَحَدٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْفَضَائِلِ مَا جَاءَ لِعَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ»
“….Ahmad ibn Hambal berkata: Tidak ada satu pun dari para sahabat Rasulullah SAW memiliki keutamaan-keutamaan seperti yang ada (dimiliki) pada Ali bin Abi Thalib ra.”
Untuk lebih memperjelas, mari kita lihat bagaimana Ali bin Abi Thalib menyikapi orang yang memujinya;
إياكم و الغلو فينا، قولوا إنا عبيد مربوبون و قولوا في فضلنا ما شئتم
“Berlebih-lebihlah kalian dalam memuji kami! Namun katakanlah (ingatlah) bahwa kami adalah hamba-Nya kemudian katakanlah keutamaan kami semau kalian.”
Begitu pula Imam Ja’far As-Shadiq as:
يا إسماعيل بن عبد العزيز! لا ترفعوا البناء فوق طاقته، فينهدم، إجعلونا عبيدا مخلوقين و قولوا فينا ما شئتم فلن تبلغوا.
“Hai Ismail bin Abdul Aziz, Janganlah membangun bangunan tidak sesuai kapasitasnya sehingga akan roboh. Tempatkan (kedudukan) kami sebagai hamba ciptaan-Nya setelah itu katakanlah tentang kami semau kailan dan kalian tidak akan mampu (dalam mensifati kami).”
Ahlulbait/para Imam Syiah adalah hamba Allah SWT. Mereka juga merupakan para Imam pilihan setelah Rasulullah SAW. Mereka memiliki sifat-sifat mulia sehingga al-Quran pun memberikan sifat khusus untuk mereka sebagaimana tercantum dalam ayat “Kemaksuman Ahlulbait”, ayat “Mawaddah” dan ayat-ayat lainnya yang telah dibahas pada seri-seri sebelumnya. Syiah sejati adalah mereka yang mengikuti serta menaati para Imam, termasuk perkataan mereka. Maka orang yang bersikap tidak sejalan dengan nasihat para Imam, maka mereka bukan Syiah.