Keutamaan Ahlul Bait Nabi Saw dalam Ayat Mawaddah (Bag. 2)

keutamaan ahlul bait

MUSLIMMENJAWAB.COM – Keutamaan Ahlul Bait Nabi SAW yang terekam dalam al-Quran maupun hadis-hadis yang ada, merupakan sebuah asas penting bagi setiap muslim terlebih Syiah dalam mengambil sikap dan cara pandang terhadap mereka.

Hal ini mendapat penekanan lebih disebabkan salah satu ayat yang membahas mereka adalah berkaitan dengan upah atas tablig yang telah dikerjakan oleh Rasulullah SAW.

Read More

ذَلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَى وَمَنْ يَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَزِدْ لَهُ فِيهَا حُسْنًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ شَكُورٌ

“Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah memberikan berita gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah, ‘Aku tidak meminta kepada kalian suatu upah pun atas seruanku ini kecuali kecintaan kepada keluargaku.’ Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”[1]

Dalam riwayat dari Ibnu Abbas, mereka adalah Ali, Fathimah serta keturunan mereka sebagai mana telah dibahas pada seri sebelumnya.

Kali ini penulis akan membawakan riwayat tafsir terkait ayat tersebut. Dalam hal ini Zamakhsyari, penulis tafsir Al-Kasyaf begitu pula Fakhrurazi, penulis tafsir Al-Kabir menukil sebuah riwayat yang muncul dari Nabi SAW ketika ayat di atas turun.

قَالَ رَسُول الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد مَاتَ شَهِيدا أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد مَاتَ مغفورا لَهُ أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد مَاتَ تَائِبًا أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد مَاتَ مُؤمنا مُسْتَكْمل الْإِيمَان أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد بشره ملك الْمَوْت بِالْجنَّةِ ثمَّ مُنكر وَنَكِير أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد يزف إِلَى الْجنَّة كَمَا تزف الْعَرُوس إِلَى بَيت زَوجهَا أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد فتح الله لَهُ فِي قَبره بَابَيْنِ إِلَى الْجنَّة أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد جعل الله قَبره مَزَار مَلَائِكَة الرَّحْمَة أَلا وَمن مَاتَ عَلَى حب آل مُحَمَّد مَاتَ عَلَى السّنة وَالْجَمَاعَة أَلا وَمن مَاتَ عَلَى بغض آل مُحَمَّد جَاءَ يَوْم الْقِيَامَة مَكْتُوبًا بَين عَيْنَيْهِ آيس من رَحْمَة الله أَلا وَمن مَاتَ عَلَى بغض آل مُحَمَّد مَاتَ كَافِرًا أَلا وَمن مَاتَ عَلَى بغض مُحَمَّد لم يشم رَائِحَة الْجنَّة

Rasulullah SAW berkata: “Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, ia mati dalam keadaan syahid. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, ia mati dalam keadaan terampuni. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, ia mati dalam keadaan bertaubat. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, ia mati sebagai seorang mukmin yang sempurna imannya. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, maka malaikat maut akan mengabarkan kabar gembira tentang surga kepadanya kemudian Munkar dan Nakir. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, akan dibawa (dengan hormat) menuju surga seperti halnya seorang pengantin dibawa (dengan hormat) menuju rumah suaminya. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, Allah membukakan untuknya di kuburnya dua pintu menuju surga. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, Allah menjadikan kuburnya tempat ziarah para malaikat rahmat. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kecintaan pada keluarga Muhammad, maka ia mati atas sunnah dan jamaah. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kebencian pada keluarga Muhammad, ia datang pada hari kiamat dalam keadaan terlulis di antara kedua matanya ‘yang terputus dari rahmat Allah’. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kebencian pada keluarga Muhammad, ia mati dalam keadaan kafir. Ingatlah! Barangsiapa mati atas kebencian pada keluarga Muhammad, ia tidak akan mencium bau surga.”[2]

Dari ayat maupun riwayat di atas sangat jelas bagi kita bahwa kedudukan mereka (Al-Qurba/ Ahlul Bait/ Keluarga Nabi SAW) merupakan kedudukan yang sangat agung yang tidak mungkin hal itu terjadi jika mereka hanyalah orang-orang biasa. Sehingga jelas bahwa pandangan Syiah yang menutamakan mereka di atas para sahabat lainnya merupakan sebuah pandangan yang berasaskan nash al-Quran dan hadis.


[1] As-Syura: 23.

[2] Tafsir Al-Kasyaf, hal: 978, Darul Makrifat, Beirut. Tafsir Al-Kabir, jil: 27, hal: 167, Darul Fikr, Beirut.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment