Ulama Salaf dan Metode Takwil dalam Memahami Teks Agama

MUSLIM MENJAWAB – Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kelompok Wahabi memiliki asas keyakinan bahwa Allah Swt memiliki sifat-sifat tertentu yang dengan hal tersebut menunjukkan pada konsep Tasybih ataupun Tajsim.

Dengan metode yang melihat teks-teks agama hanya dari lahiriahnya saja dan menafikan metode lainnya, mereka membuktikan bahwa Allah Swt memiliki Jism sebagaimana yang mereka yakini, seperti Allah memiliki tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya.

Read More

Jika kita melihat pada tulisan sebelumnya, mereka menganggap dan mengklaim bahwa metode memahami teks-teks agama secara lahiriah saja merupakan metode yang dipakai oleh para Salaf, dan jalan tersebut merupakan jalan yang cerdas, kokoh dan selamat.

Dalam menjawab klaim di atas perlu diketahui bahwa ternyata diantara para ulama terdahulu atau para Salaf, ada yang menggunakan metode Takwil dalam memahami teks-teks agama. Apalagi jika teks-teks tersebut berhubungan dengan Sifat Allah Swt, yang mana jika kita memahaminya hanya lahiriah saja, melazimkan sifat huduts bagi Allah Swt, dan Maha Suci Allah dari sifat tersebut.

Hal ini bisa kita lihat dalam kitab Daf’u Syubh Man Syabbaha wa Tamarrad karya Taqiyuddin Al-Hishni yang dinisbahkan pada Imam Ahmad bin Hanbal. Dalam kitab tersebut dikatakan ketika membahas tentang ayat (جاء ربك) “Tuhanmu telah Datang” Imam Ahmad memaknai ayat tersebut dengan Telah datang perintah Tuhanmu. Adapun Al-Qadhi Abu Ya’la mengatakan bahwa Imam Ahmad mengatakan maksud dari ayat tersebut adalah kekuatan dan perintahNya. Disebutkan juga bahwa Imam Auza’I dan Imam Malik memahami hadis An-Nuzul (Hadis tentang Allah Swt turun) tidak secara lahiriah saja karena hal itu melazimkan perpindahan dan gerakan pada Allah Swt. Dan Allah Swt terhindar dari sifat tersebut.

…dan yang termasuk itu Firman Allah Swt (جاء ربك). Imam Ahmad berkata maknanya telah datang perintah Tuhanmu. Al-Qadhi Abu Ya’la berkata, Imam Ahmad berkata maksud dari itu adalah kekuatan dan perintahNya, hal itu telah dijelaskan dalam Firmannya (او ياتي امر ربك), “atau akan datang perintah Tuhanmu”. Yang menunjukkan pada “haml Mutlaq alal muqayyad” dan itu banyak dalam Al-Quran, Sunnah, Ijma dan dalam perkataan para ulama ummat yang tidak membolehkan sifat perpindahan pada Tuhan Swt. Dan contoh lainnya seperti hadis An-Nuzul, dan orang yang menjelaskan perihal tersebut ialah Imam Auza’I dan Imam Malik, karena perpindahan dan gerakan termasuk dari sifat huduts, dan Allah Azza wa Jalla terhindar diriNya dari sifat tersebut…[1]

Keterangan di atas menunjukkan bahwa di antara para ulama terdahulu/Salaf ada yang menggunakan metode takwil dalam memahami teks-teks agama, terutama jika teks-teks tersebut berhubungan dengan sifat Allah Swt yang mana bila kita pahami secara lahiriah saja, bisa melazimkan sifat yang seharusnya tidak boleh ada pada Tuhan. Hal ini tidak seperti apa yang diklaim oleh kelompok Wahabi bahwa para salaf hanya memahami teks-teks agama secara lahiriah saja.

Dengan metode pemahaman secara lahiriah saja, maka tak heran kelompok ini memiliki keyakinan adanya sifat Tajsim atau Tasybih pada Tuhan, yang mana hal tersebut banyak di tentang oleh para ulama.

Wallahu A’lam


[1] Al-Hishni Ad-Dimasyqi, Taqiyuddin Abi Bakr, Daf’u Syubh Man Syabbaha wa Tamarrad, Hal. 11 Cet. Al-Maktabah Al-Azhariyah litturats

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *