Pandangan Takfiri Bertentangan dengan Sirah Nabi Saw dalam Hadis Shahih Bukhari

Muslimmenjawab.com – Tulisan-tulisan sebelumnya telah menggambarkan bagaimana pandangan takfiri yang melekat pada kelompok Wahabi bertentangan dengan Al-Quran maupun Sunnah Rasulullah Saw. Sudah dijelaskan dalam Al-Quran maupun Sunnah Nabi Saw bahwa sesiapa yang mengucapkan Syahadat ‘tidak ada Tuhan selain Allah’, maka darah dan hartanya menjadi haram, juga tidak boleh bagi seorang muslim untuk menuduhnya atau menyebutnya sebagai kafir.

Pandangan takfiri, selain bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw, juga bertentangan dengan jalan hidup (Sirah) Nabi Saw. Hal ini terlihat dari sebuah hadis yang dinukil oleh Anas bin Malik dalam kitab Shahih Al-Bukhari.

Read More

…dari Anas bin Malik ia berkata: Rasulullah Saw berkata: aku di perintahkan untuk melawan orang-orang sampai mereka mengucapkan “Laa Ilaaha illallah”, tidak ada Tuhan selain Allah, jika mereka mengucapkannya, melaksanakan salat seperti salat kita, menghadap kiblat kita, menyembelih sembelihan kita, maka haram atas kita darah dan harta mereka, kecuali dengan haqnya, dan perhitungan mereka ada di sisi Allah.[1]

Hadis di atas menjelaskan bahwa dalam perjalanan sirahnya, Rasulullah Saw diperintahkan untuk melawan “orang-orang” sampai mereka mengucap kalimat Syahadat. Lalu, jika sudah mengucapkan Syahadat, kemudian mendirikan shalat, menghadap kiblat, maka darah dan harta mereka haram bagi kaum muslimin.

Dengan demikian, pandangan takfiri dengan mengkafirkan atau memusyrikan kaum muslim lainnya bahkan sampai membunuh dan merampas harta nya tanpa hak, seperti yang dilakukan oleh kelompok Wahabi, selain bertentangan dengan Al-Quran dan Sunnah Nabi Saw, juga bertentangan dengan Sirah Nabi Saw. Nabi Saw dengan jelas mengatakan bahwa mereka yang bersyahadat, mendirikan Salat, dan menghadap kiblat, darah dan harta mereka menjadi haram atas kaum muslimin.

Wallahu A’lam


[1] Bukhari, Abi Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih Al-Bukhari Jilid 1 Hal. 108-109 Hadis no. 392 Cet. Dar Ibn Katsir – Beirut

Related posts

Leave a Reply