Ulama Wahabi Sebut Negeri-Negeri Islam Dipenuhi Kemusyrikan, Terlebih Irak dan Mesir

MUSLIMMENJAWAB.COM – Gerakan pemikiran Muhammad bin Abdul Wahhab yang diinisiasi untuk melakukan pemurnian dan perbaikan syariat Islam seperti yang mereka dakwakan pada tulisan-tulisan yang lalu, ternyata pada satu sisinya memudahkan penghukuman terhadap kelompok lain yang tidak sepaham dengan mereka dengan menisbahkannya pada kemusyrikan atau kekafiran.

Tidak sedikit para ulama Wahabi yang bermunculan dari generasi ke generasi memperjelas sisi tersebut dengan pandangan-pandangan mereka terhadap kelompok-kelompok yang ada, sebagaimana hal tersebut dapat kita jumpai dalam peninggalan-peninggalan mereka yang masih terjaga hingga saat ini.

Read More

Syekh Hamud bin Abdullah at-Tuwaijiri (1334 H – 1413 H) merupakan salah seorang ulama yang banyak mengkaji kitab-kitab Muhammad bin Abdul Wahhab dan Ibnu Taimiyah. Oleh sebab itu, pemikiran dan pandangan yang dituangkan ke dalam karya-karyanya tidak jauh dari para pendahulunya tadi.

Diantaranya, dalam kitab Ghurbatul Islam yang disusun olehnya, ia melihat kondisi muslimin yang ada di berbagai wilayah-wilayah Islam, telah tercampuri akidah serta praktik fikihnya dengan kemusyrikan. Hal tersebut secara terang-terangan ia sebutkan sebagai berikut:

 “Adapun musibah-musibah besar yang sekarang dikerjakan di kebanyakan negeri-negeri Islam, terutama Irak dan Mesir, merupakan perkara yang sulit dijelaskan dan diungkapkan dengan kata-kata. Bagaimanapun semoga anda terjaga dari dua mesir (Irak dan Mesir), karena keduanya (Iraq dan Mesir) seperti lautan yang dipenuhi oleh berbagai macam kemusyrikan terhadap Allah Swt dalam hal Rububiyah dan Ilahiyah (ketuhanan)-Nya. Selain itu ditambah dengan mengesampingkan hukum dengan syariat Muhammad serta menggantinya dengan hukum-hukum dari Thagut. Dimulai dari aturan-aturan, sistem-sistem, serta politik-politik barat. Juga ditambah dengan berbagai macam bid’ah, kesesatan, pembenaran terhadap khurafat, serta perhatian terhadap hal-hal bodoh dan takhayul. Juga ditambah dengan banyak menyerupai musuh-musuh Allah Swt; Yahudi, Nashrani, Majus dan selainnya dari sifat-sifat mereka, dalam akhlak, adab, pakaian, penampilan, metode, aturan, siasat dan kebanyakan kondisinya yang mereka miliki atau seluruhnya.. ”[1]

“Adapun pemeluk Islam yang sejati sesungguhnya mereka itu sedikit, tertindas di muka bumi, dan terasing di tengah-tengah pelaku keburukan dan kerusakan yang mana mereka telah kami sebutkan sebelumnya, dan kondisi kebanyakan negeri-negeri Islam dipenuhi oleh lalimnya kemusyrikan, beragam bid’ah, banyaknya keburukan dan kerusakan serta sedikitnya pelaku kebaikan..”[2]

“…Mereka (ummat Islam Irak) mengembalikan ajaran-ajaran Majusi ke Irak, disana mereka menghidupkan kembali syiar-syiar berhala Latta, ‘Uzza dan Manat, serta sesembahan jahiliyah lainnya, banyak diantara negeri-negeri Islam lain juga terkena bencana (kemusyrikan) ini, diantaranya Syam (Syiria), Maroko, negeri-negeri non Arab, India, Bahrain, Qathif, al-Ihsa, dan negeri-negeri jauh lain nya.”[3]

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa penulis kitab tadi memiliki pandangan bahwa negeri-negeri Islam telah dilanda musibah kemusyrikan, bid’ah, keburukan serta kerusakan. Yang mana hal tersebut berarti dinisbahkan kepada kebanyakan kaum muslimin yang ada di wilayah tersebut meskipun dalam hal ini ia juga menafikannya dari segelintir orang yang dianggapnya sebagai muslim sejati. Dan seperti yang sudah jelas pada tulisan-tulisan sebelumnya, bahwa kelompok ini berkeyakinan bahwa kebenaran hanya berada di pihaknya bukan selainnya.


[1] At-Tuwaijiri, Hamud bin Abdullah, Ghurbatul Islam, jil: 1, hal: 216 – 217.

[2]Ibid.

[3]Ibid.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *