Muslim Menjawab – Imam Syafi’i adalah seorang yang memiliki kecintaan amat besar kepada Alhulbait Rosulullah Saw. Sehingga tidak heran, sering kita dapati syair-syair beliau mengenai keagungan Ahlulbait as. Pada seri sebelumnya telah dibahas mengenai Istilah Rafidhi dalam syair Imam Syafi’i. Di dalamnya beliau dengan tegas bersaksi atas nama manusia dan jin bahwa jika kecintaannya kepada keluarga suci Rosulullah SAW dianggap rafidhah, maka ia adalah rafidhah.
Dari syair-syair Imam Syafii dapat dipahami bahwa penggunaan kata rafidhah pada masa itu didesain agar memiliki makna buruk. Dan lebih buruknya lagi, kata ini dinisbatkan bagi orang-orang yang mencintai Ahlulbait. Kemudian Imam Syafii melihat bahwa hal ini tidaklah sejalan dengan ajaran Islam, dimana al-Quran memandang agung serta mengajarkan kita untuk mencintai Ahlulbait, sebagaimana beberapa firman-Nya:
إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Q.S. Al-Ahzab: 33)
قُلْ لَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِي الْقُرْبَىٰ
Katakanlah: “Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang pada al-Qurba (Ahlulbaitku)”. ((Q.S. Asy-Syura: 23)
Berikut, kita akan kembali melirik satu syair agung Imam Syafi’i yang bertujuan untuk memperbaiki istilah rafidhah yang terkesan negatif di tengah masyarakat kala itu. Melalui bait-bait indahnya beliau menegaskan:
اذَا فِی مَجْلِسٍ نَذْکُرُ عَلِیّاً، وَسِبْطَیْهِ وَفَاطِمَهَ الزَّکِیَّه،
یقَالُ تَجَاوَزُوا یَا قَوم هٰذا فَهٰذا، مِن حَدیثِ الرَّافِضِیَّه،
بَرِئْتُ مِن المُهَیمِنِ مِنْ أُناسٍ، یَرَونَ الرِّفْضِ حُبَّ الفَاطِمِیَّه
“Tatkala di sebuah majelis… kita menyebut nama Ali, Kedua putranya (al-Hasan & al-Husain) dan Fatimah yang suci,
Dikatakan; Hai Kaum! jauhilah perkataan itu, karena itu merupakan perkataan rafidhah (Syi’ah)
Aku berlepas diri dari mereka kepada Tuhan Sang Pemelihara, Dari manusia yang memandang rafidhah, pada kecintaan terhadap keluarga Fatimah.” (Diwan al-Imam Syafi’i, hal. 113, Beirut)