MUSLIM MENJAWAB – Melanjutkan seri sebelumnya, disebutkan bahwa istilah Rafidhah adalah istilah politik penguasa yang ditujukan kepada mereka yang menentang atau tidak mengikuti penguasa. Dan istilah ini tidak ada dalam Al-Quran maupun riwayat-riwayat yang shahih atau muktabar. Adapun jika istilah ini termuat dalam suatu riwayat, bisa dibuktikan bahwa riwayat tersebut lemah.
Sebelumnya telah kami sampaikan riwayat-riwayat yang mencantumkan istilah Rafidhah dan telah kami paparkan juga bahwa riwayat tersebut tidak sampai tingkatan shahih.
Kali ini kami akan paparkan satu riwayat lain dalam literatur Ahlussunnah yang mencantumkan istilah kata Rafidhah. Dan sekali lagi kami akan buktikan bahwa riwayat tersebut bermasalah.
Riwayat itu ada di kitab Mizanul I’tidal fi Naqdi Ar-Rijal karya Ad-Dzahabi disebutkan:
…Dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan secara Marfu’: “Akan ada di akhir umatku Rafidhah yang menganut kecintaan Ahlul Baitku sedangkan mereka pembohong, tanda kebohongan mereka adalah cacian mereka terhadap Abu Bakr dan Umar, dan sesiapa diantara kalian ada yang menemui mereka maka hendaknya dia membunuh mereka, sesungguhnya mereka orang-orang musyrik.”
Perawi riwayat diatas adalah Amr bin Mukhram, dan Ad-Dzahabi sendiri mengatakan Amr bin Mukhram orang Bashrah meriwayatkan kebatilan-kebatilan dari Yazid bin Zura’i dan Ibnu Uyainah.
Dan di kitab Al-Mughni fi Ad-Dhuafa yang masih karya beliau dikatakan bahwa Amr bin Mukhram orang Bashrah yang meriwayatkan dari Yazid bin Zura’i tidak dapat di percaya/ bukan tsiqah.
Dari uraian tersebut bisa kita pahami bahwa riwayat yang telah kami sebutkan diatas dan tercantum istilah Rafidhah yang memiliki kesan negatif, bermasalah dalam periwayatan. Karena perawinya adalah seorang yang tidak dapat di percaya.
Untuk itu, bisa kita katakan bahwa istilah Rafidhah bukanlah istilah syar’i yang ada dalam Al-Quran ataupun hadis bagi kelompok tertentu, namun istilah tersebut dianggap sebagai istilah politik penguasa sebagaimana yang telah kami bahas sebelumnya.
