MUSLIM MENJAWAB – Seperti yang sebelumnya telah dibahas, bahwa gerakan pemikiran Wahabi tidak hanya muncul pada masa Muhammad bin Abdul Wahhab dan dinisbahkan padanya saja, namun jauh sebelum itu, akar pemikiran seperti kelompok Wahabi ini telah ada.
Salah satunya adalah Marwan bin Hakam, yang pada tulisan sebelumnya dijelaskan sebagai orang yang melarang ber-tabarruk pada kubur Nabi Saw, sehingga ia menarik leher salah satu sahabat Nabi yang saat itu meletakkan kepalanya di atas kubur. Hal ini sama seperti yang ada dalam pemikiran kelompok Wahabi.
Pada tulisan kali ini, kita akan bahas satu sosok lagi yang disinyalir memiliki pemikiran seperti kelompok Wahabi jauh sebelum Muhammad bin Abdul Wahhab. Dia adalah Hajjaj bin Yusuf.
Dalam kitab Syarh Nahjil Balaghah milik Ibnu Abil Hadid disebutkan bahwa Hajjaj bin Yusuf berkhutbah di Kufah dan menyebut orang-orang yang menziarahi kubur Rasulullah Saw sebagai orang yang celaka dan binasa.
Dan Hajjaj berkhutbah di Kufah lalu menyebut orang-orang yang menziarahi kubur Rasulullah Saw di Madinah, ia mengatakan: binasalah untuk mereka yang mengelilingi tulang-tulang (Nabi) yang membusuk, mengapa mereka tidak mengelilingi istana Amirul Mukminin Abdul Malik? Tidakkah mereka tahu bahwa Khalifah lebih baik daripada RasulNya.[1]
Dari keterangan tersebut, kita bisa melihat bagaimana sikap dan pemikiran dari Hajjaj bin Yusuf yang memandang peziarah Nabi Saw sebagai orang yang celaka. Untuk itu, dari apa yang dikatakan oleh Hajjaj bin Yusuf tentang orang-orang yang menziarahi kubur Nabi Saw, para Fuqaha pun mengkafirkannya. Hal ini seperti yang terekam dalam kitab Al-Kamil Fil Lugah wal Adab milik Abul Abbas Muhammad bin Yazid.
Dan dari itulah para Fukaha mengkafirkan Hajjaj bin Yusuf karena perkataannya (yang mengatakan) dan orang-orang mengelilingi Kubur Rasulullah Saw.[2]
Sejalan dengan pemikiran Hajjaj, maka tak heran Muhammad bin Abdul Wahhab yang merupakan pemerkrasa dari kelompok Wahabi, ketika berbicara tentang Nabi Saw, ia mengatakan bahwa Nabi tuli. Bahkan sebagian pengikutnya mengatakan bahwa sebuah tongkat lebih bermanfaat daripada Nabi Muhammad, karena tongkat bisa dimanfaatkan untuk membunuh hewan seperti ular, sedangkan Nabi telah mati dan tidak ada manfaat darinya, sehingga ia dikatakan tuli oleh mereka. Hal ini seperti yang tertulis dalam kitab Ad-Durarus Saniyyah fi Ar-Rad ‘alal Wahabiyyah milik Sayyid Ahmad bin Zaini Dahlan.
…bahwa sebagian pengikutnya pernah mengatakan tongkat ini lebih baik daripada Muhammad, karena tongkat ini bermanfaat dalam membunuh ular dan sejenisnya, sedang Muhammad telah mati, dan tidak ada manfaat sedikitpun darinya, dia hanyalah tuli.[3]
Itulah sedikitnya penjelasan tentang akar pemikiran Wahabi yang ada pada Hajjaj bin Yusuf, di mana hal itu terjadi jauh sebelum masa Muhammad bin Abdul Wahhab yang kita kenal sekarang ini sebagai sosok pemimpin dari kelompok Wahabi.
Wallahu A’lam
[1] Ibnu Abil Hadid, Syarhu Nahjil Balaghah, Jilid 15 Hal. 242 Cet. Makatabh Ayatullah Al-Uzma Al-Mar’asyi An-Najafi
[2] Al-Mubarad, Muhammad bin Yazid, Al-Kamil fil Lugah wal Adab Juz 1 Hal. 185 Cet. Darul Kutub Al-Ilmiyah
[3] Dahlan, Sayyid Ahmad bin Zaini, Ad-Durarus Saniyyah fi Ar-Rad ‘alal Wahabiyyah, hal. 45 Cet. Maktabah Al-Haqiqah