MUSLIMMENJAWAB.COM – Sikap tidak sopan dan kelancangan Yazid terhadap imam Husain AS tercatat dalam lembaran sejarah Islam dan sebagiannya telah disinggung pada tulisan sebelumnya.
Melanjutkan catatan yang ada pada seri kali ini akan diutarakan catatan sejarah lainnya yang mengankat sikap buruk Yazid atau tepatnya kelancangan serta kebengisannya terhadap imam Husain As
Di dalam beberapa literatur sejarah disebutkan bahwa setelah kepala imam Husain AS diletakkan di hadapan Yazid, ia membacakan satu Syair yang pernah digubah oleh penyair Arab yang bernama Ibn Ziba’ri saat mengalahkan pasukan kaum muslimin di perang Uhud. Tazkirat al-Khawash memuat:
“adapun yang masyhur tentang Yazid di dalam semua riwayat bahwa tatkala kepala Husain AS telah berada di hadapannya, ia mengumpulkan penduduk Syam lalu mulai memukulinya dengan tongkat kayu seraya mengucapkan syair Ibn Ziba’ri: seandainya para tetua suku saya yang terbunuh di perang Badar hadir dan melihat tangisan Suku Khazraj karena dipukul oleh pedang dan tombak. Kami telah membunuh sekelompok dari pembesar mereka sebagai ganti pembesar kita di Badar maka sudah telah berimbang.[1]”
Masih di dalam literatur yang sama, bahkan Sya’bi mengatakan bahwa Yazid telah menggubah tambahan Syair di atas yang yang memuat ejekan terhadap bani Hayim; termasuk nabi Muhammad SAWW:
“Bani Hasyim telah bermain-main dengan kekuasaan. Sebenarnya tidak ada berita yang datang dan tidak ada wahyu yang turun. Aku bukanlah termasuk dari suku Khandaf jika tidak menuntut balas dari bani Ahmad atas apa yang ia perbuat.[2]”
Ibn Askir mencatat bahwa tidak hanya menggubah syair senada, Yazid bahkan menancapkan kepala imam Husain AS di kota Damaskus selama tiga hari lalu menempatkannya di dalam gudang penyimpanan senjata.[3]
Kelancangan-kelancangan ini, bukan hanya membuktikan bahwa Yazid merupakan aktor utama dari tragedi karbala, lebih dari itu catatan ini juga mengungkap salah satu motif dari kekejaman yang dilakukan; berupa balas dendam atas nenek moyangnya yang terbunuh di perang Badar.
Bahkan ucapan Yazid “tidak ada berita yang datang dan wahyu yang turun”, telah berhasil menunjukkkan jati dirinya yang sebenarnya. Iaitu ketidak berimanan Yazid terhadap kenabian Muhammad SAWW.
[1] Sibt ibn Jauzi, Yusuf bin Farghali, Tazkirah al-Khawash, hal: 271, cet: Nainawa al-Haditsah.
[2] Sibt ibn Jauzi, Yusuf bin Farghali, Tazkirah al-Khawash, hal: 271, cet: Nainawa al-Haditsah.
[3] Abul Fida, al-Hafiz Ibn Katsir, al-Budayah wa al-Nihayah, jil: 8, hal: 204, cet: Maktabah al-Ma’arif, Beirut.