Di Ghadir Khum Umar bin Khattab Mengucapkan Selamat Kepada Imam Ali

MUSLIMMENJAWAB.COM – Pada beberapa seri sebelumnya telah dibahas bahwa kata “maula” yang terdapat di dalam hadits Ghadir khum bermakna pemimpin. Di dalam tulisan-tulisan tersebut telah disebutkan juga berbagai dalil yang dapat membuktikan bahwa kata tersebut memiliki makna pemimpin bukan yang lain.

Pada seri kali ini akan diajukan bukti lainnya yang dapat mendukung dalil-dalil yang telah dipaparkan pada tulisan sebelumnya.

Read More

Dalil yang ingin diajukan pada tulisan ini adalah ucapan selamat yang diberikan oleh Umar bin Khattab kepada imam Ali AS. Di mana di dalam kitab Musnad Ahmad bi Hanbal disebutkan:

Dari Barra bin ‘Azib, ia berkata: ……. Ia berkata: lalu Nabi SAWW memegang tangan Ali, kemudian beliau bersabda: barang siapa yang aku adalah maulanya maka Ali adalah maulanya, ya Allah cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya. Ia (Barra bi ‘Azib) berkata: kemudian umar menjumpainya (Ali bin Abi Thalib) setelah itu, dan berkata: selamat wahai putra Abu Thalib engkau telah menjadi “maula” setiap mukmin baik laki-laki maupun perempuan.[1]

Di dalam literatur lainnya Ibn Asakir juga memuat hadis senada dengan sedikit perbedaan redaksi:

“… dari Barra….. ia (Barra) berkata: umar menjumpainya setelah itu, lalu ia berkata:  selamat untukmu wahai putra Abu Thalib engkau telah menjadi “maula” setiap mukmin baik laki-laki maupun perempuan.[2]

Riwayat di atas dengan jelas menyatakan bahwa Umar bi Khattab menyampaikan ucapan selamat secara langsung kepada imam Ali bin Abi Thalib.

Dari redaksi riwayat di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan “maula” adalah pemimpin bukan penolong atau yang dicintai.

Hal ini mengingat bahwa Umar bin Khattab mengatakan “engkau telah menjadi maula setiap muslim” maka jika dimaknai dengan penolong atau sosok yang dicintai, konsekwensinya adalah sebelum peristiwa Ghadir Khum, berarti imam Ali belum menjadi penolong maupun yang dicintai oleh kaum muslimin. Padahal sudah dapat dipastikan bahwa imam Ali AS sebelum peristiwa inipun merupakan penolong dan sosok yang dicintai oleh kaum muslimin.

Oleh karena itu, dengan adanya bukti ini dan bukti-bukti sebelumnya maka pemaknaan yang benar adalah pemimpin.


[1] Hanbali, Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, jil: 30, hal: 430, cet: Muasasah al-Risalah.

[2] Ibn Asakir, Ali bin al-hasan, Tarikh Madinah Dimisq, jil: 42, hal: 222, cet: dar al-Fikr.

Related posts

Leave a Reply