Muslim Menjawab – Hadits-hadits mengenai nama-nama dua belas khalifah/imam banyak dituliskan di dalam kitab syiah dan mencapai tingkat mutawatir. Walaupun demikian sebagian ulama besar ahlussunnah mengakui nama-nama 12 khalifah tadi dan mereka menuliskannya di dalam kitabnya masing-masing seperti ulama dari mazhab Hanafi yakni Qunduzi al-Hanafi yang pernah dibahas dalam seri-seri sebelumnya, begitupun Al-Hamawi Al-Juwayni yang bermazhab Syafei menuliskan di dalam kitab Faraid as-Simthain.
عن ابن عباس-رضي اللّه عنه-قال قدم يهودي على رسول اللّه صلى اللّه عليه و سلم يقال له: نعثل، فقال له: يا محمد إنّي أسألك عن أشياء تلجلج في صدري منذ حين فإن أجبتني عنها أسلمت على يدك… قال: صدقت يا محمد فأخبرني عن وصيّك من هو؟ فما من نبيّ إلا و له وصيّ، و إنّ نبيّنا موسى بن عمران أوصى إلى يوشع بن نون. فقال: نعم إن وصيّي و الخليفة من بعدي عليّ بن أبي طالب عليه السلام و بعده سبطاي: الحسن ثم الحسين يتلوه تسعة من صلب الحسين أئمة أبرار. قال: يا محمد فسمّهم لي. قال: نعم إذا مضى الحسين فابنه عليّ فإذا مضى عليّ فابنه محمد، فإذا مضى محمد فابنه جعفر، فإذا مضى جعفر فابنه موسى، فإذا مضى موسى فابنه عليّ، فإذا مضى عليّ فابنه محمد ثم ابنه عليّ ثم ابنه الحسن ثمّ الحجّة ابن الحسن، فهذه اثنا عشر أئمة عدد نقباء بني إسرائيل.
“Dari Ibnu Abbas ra, berkata : datang seorang Yahudi, menghadap Rasulullah Saw, dan berkata kepada beliau Saw: Wahai Muhammad, Sesungguhnya aku ingin bertanya kepada engkau dari beberapa pertanyaan yang berdenyut dari dalam dadaku sudah sejak lama, jikalau engkau menjawab pertanyaanku ini maka aku akan masuk Islam di bawah tanganmu… dia berkata: engkau benar wahai Muhammad, maka berilah aku kabar mengenai washi (penggantimu) siapakah dia? Karena tidak ada nabi kecuali ada padanya washi, dan sesungguhnya nabi kami Musa bin Imran menunjuk Yusya’ bin Nun sebagai washi-nya, maka kemudian Nabi Saw menjawab: betul (bahwa setiap nabi ada washinya), sesungguhnya washi dan khalifah setelahku adalah Ali bin Abi Thalib, dan setelahnya dua cucuku: Al-Hasan kemudian Al-Husein, kemudian sembilan Imam yang saleh dari keturunan Al-Husein. Dia bertanya lagi kepada Nabi Saw: wahai Muhammad sebutkanlah mereka kepadaku, Nabi Saw menjawab: ya (akan saya sebutkan), setelah Al-Husein maka putranya Ali, maka setelah Ali putranya adalah Muhammad kemudian putranya Ja’far, setelah Ja’far maka putranya Musa, setelah Musa maka putranya Muhammad, kemudian putranya Ali kemudian puranya Al-Hasan, kemudian Al-Hujjah bin Al-Hasan, maka semuanya adalah dua belas imam seperti bilangan Naqib bani Israel.” (Al-Juwaini Al-Khurasani, Faraid as-Simthain: 2/133-134, Muassasah Al-Mahmudi – Beirut).
Untuk lebih jelasnya mengenai ulama Al-Juwayni ini, kita bisa melihat beberapa keterangan dari ulama Ahlussunnah sendiri, seperti Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratulhuffadz:
وسمعت من الامام المحدث الاوحد الاكمل فخر الاسلام صدر الدين ابراهيم بن محمد بن المؤيد بن حمويه الخراساني الجويني… وكان شديد الاعتناء بالرواية وتحصيل الاجزاء حسن القراءة مليح الشكل مهيبا دينا صالحا على يده اسلم غازان الملك.
“Aku mendengar (bahwa dia) adalah seorang Imam ahli hadits yang paling unggul dan sempurna yang dibanggakan Islam, Sadruddin Ibrahim bin Muhammad bin al-Muayyad bin Hamawiyah al-Khurasani al-Juwayni, dan beliau adalah orang sangat memperhatikan (hadits) dan menjaga riwayat dan mendapatkan banyak riwayat (yang dikumpulkan dan dituliskannya) , pembacaan yang baik, rupawan, kuat dalam beragama, saleh, dan di tangannyalah raja Ghazan masuk Islam.” (Ad-Dzahabi, Tadzkiratulhuffadz: 1505-1506, Dar al-Kutub al-ilmiah – Beirut).
Begitu juga as-Shafadi di dalam kitabnya Al-Wafi bilwafiyat:
)صدر الدين الجويني الشافعي) إبراهيم بن محمد الإمام الزاهد المحدث شيخ خراسان صدر الدين أبو المجامع… وسمع من ابن الموفق الأذكاني …ومن جماعة بالشام والعراق والحجاز وعني بهذا الشأن جدا وكتب وحصل وكان مليح الشكل جيد القراءة دينا وقورا وعلي يديه أسلم قازان
(Sadruddin al-Juwaini as-Syafe’i) Ibrahim bin Muhammad adalah seorang Imam hadits yang zuhud, Syeikh Khurasan Sadruddin Abu Al-Majami’… beliau mendengar hadits dari Ibn al-Muwaffaq al-Adzkani dan dari masyarakat Syam, Irak, Hijaz, sangat memperhatikan dan menjaga dalam masalah ini (hadits), kemudian menuliskannya dan mendapatkan banyak (kitab hadits hasil susunannya), pembacaan yang sangat baik, sangat kuat dalam beragama, dan ditangannyalah raja Ghazan masuk Islam.” ( Shafadi, Al-Wafi bi al-Wafiyat: 6/91-92, Dar al-Ihya at-Turats al-Arabi – Beirut, cetakan pertama 1420 H).
Sehingga bisa disimpulkan bahwa Al-Juwaini penulis Faraid as-Simthain yang menuliskan nama-nama 12 imam/khalifah ini adalah ulama besar bermadzhab Syafei, dan seorang imam Hadits, sangat memperhatikan hadits, yang makruf dengan seseorang yang salih, kuat beragama, dan yang mampu mengislamkan raja Ghazan.