Kitab al-Muammarun Wa al-Washaya dan Para Pemilik Umur Panjang

MUSLIMMENJAWAB.COM – Pada tulisan sebelumnya telah dimuat bahwa sains atau ilmu pengetahuan moderen tidak melihat permasalahan umur panjang sebagai suatu hal yang mustahil dimiliki oleh seseorang.

Oleh karena itu jika kemudian ada data-data sejarah atau ajaran agama yang memuat tentang panjangnya umur seseorang, maka hal itu tidak dapat ditolak dengan alasan tidak sejalan dengan sains atau ilmu moderen.

Read More

Karena sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sains tidak pernah melihat itu sebagai hal yang mustahil terjadi.

Al-Quran sebagai kitab pegangan umat Islam mencatat di dalam pesan-pesan Ilahiyahnya bahwa seorang Nabi bernama Nuh[1] As ternyata memiliki umur yang sangat panjang.

literatur sejarah juga banyak yang memuat tentang sosok-sosok berumur panjang. Lebih dari itu, bahkan sebagian dari sejarawan malah menulis buku dengan topik dan tema tersebut (mereka yang berumur panjang).

Salah seorang yang melakukan hal itu adalah Abu Hatim al-Sijistani di dalam bukunya “al-Muammarun wa al-Washaya” (mereka yang berumur panjang dan berbagai nasehat).

Di dalam buku tersebut beliau banyak mencatat sosok-sosok yang memiliki umur panjang.

Salah satunya adalah Luqman bin Adiya al-Kabir:

“dikatakan bahwa orang yang paling panjang usianya setelah Khidr adalah Luqman bin Adiya al-Kabir. Ia hidup selama lima ratus enam puluh tahun. Ia hidup seumur 7 ekor elang. Sementara seokor elang dapat hidup selama 80 tahun. Ia merupakan keturunan dari kaum Ad yang pertama.[2]

Pada halaman lainnya disebutkan:

“disebutkan bahwa Mardas bin Shabih bin Sa’d al-Asyirah bin Malik bin Adad dari Mudzahhaj hidup selama 230 tahun.[3]

Lagi ia mencatat di dalam bukunya:

“disebutkan bahwa Abdul Masih bin Amr bin Qais bin Hayyan bin Baqilah al-Gassani hidup slama 350 tahun. Ia hidup sampai masa Islam namun tidak memeluknya.[4]

Beberapa catatan di atas kiranya dapat menambah data sejarah kita tentang sosok-sosok yang memiliki umur panjang. Dengan begitu kita tidak lagi melihat bahwa memiliki umur panjang sebagai suatu hal yang tidak memiliki dasar baik menurut sains maupun sejarah. Sebab kitab suci umat Islam dan literatur sejarah memiliki data tentang itu.


[1] Al-Ankabut/ 14 (maka ia tinggal diantara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun)

[2] Abu Hatim Sijistani, al-Muammarun wa al-Washaya, 2.

[3] Abu Hatim Sijistani, al-Muammarun wa al-Washaya, 26

[4] Abu Hatim Sijistani, al-Muammarun wa al-Washaya, 28.

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *