MUSLIMMENJAWAB.COM – Begitu banyak keutamaan yang dimiliki Sayyidina Ali RA. Untuk mengatakan tidak berlebihan—jika samudera dijadikan tinta dan seluruh dedauan di jagat raya menjadi kertasnya, rasa-rasanya tak kuasa melukiskan keutamaan dan kesempurnaannya secara paripurna, mengingat ia adalah manusia yang kedekatannya dengan Allah Swt. dan Nabinya Saw. sangatlah erat.
Apa yang sudah kami tulis tentang keutamaannya dalam sederet tulisan sebelumnya, mungkin masih jauh dari kata sempurna. Namun, bukan berarti kita tidak mampu mengumpulkan kepingan-kepingan keutamaan yang dimilikinya. Kali ini, penulis hendak menghadirkan keutamaan Sayyidina Ali RA. yang mungkin belum kami sentuh dalam tulisan sebelumnya.
Terkait hal ini, ulama Sunni dan Syiah sepakat kalau Sayyidina Ali RA. lahir di dalam Ka’bah pada 13 Rajab. Tentu, ini merupakan sebuah keutamaan yang luar biasa yang dimilikinya, lantaran ia lahir di tempat mulia dan disucikan. Terkait hal ini, Syekh Tabrasi, mufasir keanamaan mazhab Syiah, bahwa menurutnya, tak ada seorang pun yang lahir di dalam Ka’bah sebelum kelahiran Sayyidina Ali RA.
Lalu, bagaimana tanggapan ulama Sunni terkait dengan kelahiran Sayyidina Ali? Di bawah ini, penulis akan menghadirkan dua pandangan mereka terkait dengan kelahiran Sayyidina Ali di dalam Ka’bah.
Hakim Naisyaburi, seorang ulama besar Sunni menuliskan tanggapannya terkait dengan kelahiran menantu Rasulullah Saw. itu di dalam kitabnya, Mustadrak ala Sahihain.
فقد تواترت الأخبار أن فاطمة بنت أسد ولدت أمير المؤمنين علي بن أبي طالب كرم الله وجهه في جوف الكعبة
“Telah datang riwayat yang mutawatir dari Fathimah binti Asad, bahwa ia telah melahirkan Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib KWJ. di dalam Ka’bah.”[1]
Tanggapan lain terkait dengan kelahiran Imam Ali di dalam Ka’bah datang dari salah seorang bernama Syekh Ibnu Jauzi, ulama Sunni, bahwa di dalam kitabnya, Tadzkiratul Khawas, ia menulis sebagai berikut.
وروي أن فاطمة بنت أسد كانت تطوف بالبيت وهي حامل بعلي (ع) فضربها الطلق ففتح لها باب الكعبة فدخلت فوضتعه فيها
“Diriwayatkan dari Fathimah binti Ashad, ketika ia melakukan tawaf, ia dalam keadaan mengandung Ali bin Abi Thalib RA. Rasa sakit (menjelang melahirkan) pun mulai menyerang. Kemudian, pintu Ka’bah terbuka dan ia masuk ke dalamnya, lalu lahirlah anaknya (Sayyidina Ali RA).”[2]
Sedari kecil, terlebih saat ia dilahirkan di dalam Ka’bah, sudah kentara tanda-tanda kalau ia bakal menjadi manusia agung yang kelak bakal menjadi pemimpin selepas meninggalnya Nabi Saw.,—sebagaimana yang sudah diulas di dalam rentetan tulisan sebelumnya berikut dalil-dalil otentiknya—sebab kita juga tahu bahwa Ka’bah adalah tempat yang mulia dan suci, dan bukan sembarang orang yang lahir di dalamnya.
[1] Mustadarak Ala As-Sahihain, Hakim Naisyaburi Juz 3, hal. 550.
[2] Tadzkiratul Khawas, Ibnu Jauzi, hal. 10.