Benarkah Orang-orang Syiah yang Telah Membunuh Imam Husain di Karbala? (4)

MUSLIMMENJAWAB.COM – Tragedi pembantaian yang menimpa imam Husain as beserta para sahabatnya, terjadi di sebuah padang gersang yang bernama Karbala, wilayah Irak. Ketika itu, cucunda nabi dan rombongannya tersebut sedang dalam perjalanan menuju Kufah.

Alasan mengapa tempat itu menjadi tujuan mereka, disebabkan sebelumnya telah datang kepada imam Husein as surat seruan dan dukungan dari masyarakat Kufah untuknya. Namun setelah imam mengirimkan sepupunya sebagai utusan, Yazid pun mengganti gubernur Kufah serta memberikan kursi kekuasaan wilayah itu kepada Ubaidillah bin Ziyad.

Ibnu Ziyad ketika itu datang dengan propagandanya merubah situasi dan kondisi Kufah. Mereka yang dulunya menyeru dan siap membantu imam Husein, satu persatu mulai meninggalkan pernyataannya sendiri, bahkan utusan cucu nabi yang merupakan keponakannya sendiri pun berakhir tertangkap dan dieksekusi oleh pemerintahan Ibnu Ziyad.

Dari uraian ringkas di atas, sebagian orang menyimpulkan bahwa yang menyebabkan terjadinya peristiwa pembunuhan terhadap imam Husein as adalah orang syiah sendiri. Sebab mereka berbaiat dan menyeru imam Husein as untuk datang ke Kufah, namun meninggalkannya bahkan bisa saja ikut serta menjadi pasukan yang memerangi imam Husein as.

Dalam hal ini harusnya kita lebih teliti lagi dalam menilai siapakah mereka yang menyurati imam namun meninggalkannya begitu saja. Apakah mereka orang syiah ataukah seperti apa kebenarannya.

Salah satu bukti yang sering diangkat untuk menjelaskan bahwa mereka orang syiah ialah redaksi periwayatan terkait kasus itu sendiri, dimana secara jelas dalam berbagai teks yang ada terdapat lafal “syiah”. Seperti dalam redaksi berikut ini:

Bismillahirrahmanirrahim, untuk Husein bin Ali dari syiah-nya yang mukmin dan muslim, Amma ba’du, bersegeralah (datang), sebab masyarakat (Kufah) telah menantimu, tidak ada pemimpin bagi mereka selainmu, maka bergegaslah bergegas, wassalam.[1]

Yang penting untuk diperhatikan, penggunaan lafal syiah pada masa itu berbeda dengan sekarang dimana lafal tersebut ketika itu, masih sering digunakan dengan makna umum yang memiliki arti; pendukung, pembela, penolong atau pun kelompok. Hal ini juga telah diulas dalam seri sebelumnya, yang mana terdapat istilah syiah Aali Abu Sufyan atau kelompok pendukung keluarga Abu Sufyan, sebagai salah satu contoh bentuk penggunaannya. Sehingga dengan ini, bisa dipahami bahwa yang menulis dan menyebut istilah syiah dalam hal ini tidak serta merta pasti orang syiah, tapi bisa juga mencakup umum seperti; mereka yang hanya memiliki kecintaan pada keluarga nabi atau mereka yang ingin membantu karena kepentingan tertentu, sedangkan mereka tidak memiliki keyakinan syiah. Ditambah kondisi syiah Kufah yang sudah berubah.

Lain halnya dengan masa sekarang, dimana istilah syiah hanya dipahami sebagai sebuah madzhab atau aliran. Sementara syiah sendiri dengan maknanya yang khusus memiliki syarat-syarat tertentu yang harus terpenuhi sehingga dapat disebutkan sebagai syiah.

Adalah konsep Imamah (menyakini kepemimpinan 12 imam setelah nabi Muhammad saw) yang merupakan salah satu asas utama keyakinan atau ushul madzhab sekaligus ciri yang menonjol dari para pengikut atau kelompok syiah. Yang mana dengan konsep ini, para penganutnya meyakini bahwa para imam yang berjumlah 12 merupakan pilihan Allah swt yang diangkat secara bergantian setelah nabi-Nya. Selain itu ditambah dengan tawalli dan tabarri (berwilayah pada kebenaran dan berlepas diri dari kezaliman) yang merupakan salah satu rukun yang harus dikerjakan. Dengan ini semua maka akan terlihat, apakah mereka yang menyurati dan berbaiat kemudian meninggalkan atau bahkan bergabung dibarisan lawan imam masih bisa disebut sebagai syiahnya?


[1] Tarikh Al-Yaqubi, jil:2, hal: 242.

Related posts

Leave a Reply