Apakah Syiah Imamiah Sama dengan Ghulat?

MUSLIMMENJAWAB.COM – Pada seri-seri sebelumnya telah banyak dibahas tentang Rafidhah dan berbagai hal yang berkaitan dengannya. Pada tulisan kali ini akan dibahas tema baru yang  berkaitan dengan gulat atau guluw.

Secara etimologi guluw, sebagaimana disebutkan oleh Ragib Isfahani memiliki arti melampaui batas[1].

Read More

Sedangkan secara terminologi banyak defenisi yang disebutkan oleh para ulama; baik Sunni maupun Syiah. Di sini kami akan menyebutkan apa yang dicatat oleh Ahmad Amin dalam kitabnya Fajrul Islam bahwa gulat adalah yang meyakini Ali AS sebagai tuhan atau sebagian tuhan telah merasuki beliau:

“kelompok gulat dari Syiah tidak hanya sampai disitu (dalam mengutamakan)  Ali dengan itu, dan mereka tidak puas dengan menganggapnya sebagai manusia paling mulia setelah Nabi SAWW dan bersifat maksum, bahkan mereka meyakininya sebagai tuhan. Lebih dari itu, sebagian mereka mengatakan bahwa sebagian dari tuhan telah merasuk (hulul) kedalam dirinya.”[2]

Tapi perlu dipahami bahwa Syiah Imamiah juga berlepas diri dari para gulat yang meyakini imam Ali AS sebagai tuhan. Dan ada banyak riwayat dalam literatur Syiah yang menentang keyakinan tersebut. Sebagai mana telah dibahas pada tulisan sebelumnya.

Dan Syaikh Shaduq sebagai ulama Syiah menolak dan mengecam keyakinan kelompok tersebut di dalam kitabnya: “keyakinan kami tentang Gulat dan mereka yang beraqidah tafwidh  mereka adalah Kafir. Dan mereka lebih buruk dari Yahudi, Nasrani, Majusi, Qadariah, Haruriah dan dari semua ahli bidah serta pengikut hawa nafsu yang sesat.[3]

Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa Syiah sebagaimana Ahlussunnah berlepas diri dari para gulat. Oleh kaerena itu tidak bijak jika menuduh Syiah Imamiah sebagai gulat yang berkeyakinan bahwa Ali AS adalah tuhan atau bagian dari tuhan telah merasukinya.


[1] Ragib Ishfahani, Mufradat al-Faz al-Quran, hal: 613, cet: Dar al-Qalam.

[2] Ahmad Amin, Fajr al-Islam, hal: 269, cet: Dar Kitab al-Arabi, Beirut.

[3] Syaikh Shaduq, Muhammad bin Ali bin Babawaih, al-I’tiqadat, hal: 97, cet:Maktab al-Al-’lam al-Islami, Isfahan.

Related posts

Leave a Reply