Tiga Ulama Kontemporer Syiah Memandang Tahrif al-Quran

Muslim Menjawab – Tulisan-tulisan mengenai tahrif al-Quran pada website ini dirasa sudah lebih dari cukup dalam memberikan berbagai bukti. Juga dinilai sudah mampu memberikan pemahaman kepada kita bahwa walaupun riwayat-riwayat tahrif terdapat pada kedua mazhab Sunni & Syiah namun hal itu tidak serta merta melazimkan bahwa kelompok itu berbeda al-Quran. Bisa kita saksikan, kebanyakan para ulama besar dari keduanya membantah dan menolak akan itu dengan berbagai argumentasi-argumentasi yang sangat kuat.

Sebagai bagian akhir dari tulisan-tulisan ini, mari kita menengok pandangan ulama Syiah kontemporer terkait permasalahan tahrif al-Quran ini.

Read More

Pandangan Imam Khomeini

فلمنع وقوع التحريف فيه جدا، كما هو مذهب المحققين من علماء العامة والخاصة، والمعتبرين من الفريقين، وإن شئت شطرا من الكلام في هذا المقام فارجع إلى مقدمة تفسير آلاء الرحمن للعلامة البلاغي

Adanya tahrif dalam al-Kita menurut hadis-hadis tidaklah mungkin dijadikan sanad sebagaimana banyaknya petunjuk global dalam hal ini. Terjadinya tahrif sangatlah tidak mungkin sebagaimana disampaikan oleh para peneliti, ulama muktabar dari dua pihak sebagaimana telah disampaikan oleh Allamah al-Balaghi dalam pembukaan Tafsir Alaa ar-Rahman.”[1]

Pandangan Allamah Thaba Thaba’i

فقد تبيّن ممّا فصّلنا أنّ القرآن الّذي أنزله الله على نبيّه صلّى الله عليه وآله ووصفه بأنّه ذكر ، محفوظ على ما أنزل ، مصون بصيانة إلهيّة عن الزيادة والنقيصة والتغيير كما وعد الله نبيّه فيه.

Telah jelas dari apa-apa yang telah kami uraikan bahwa al-Quran yang diturunkan Allah Swt kepada NabiNya Saw adalah Dzikr, yang terpelihara atas apa-apa yang diturunkan, terjaga dengan perlindungan Ilahi dari penambahan dan pengurangan serta perubahan sebagaimana Allah Swt menjanjikan hal itu terhadap Nabi Saw.[2]

Pandangan Syaikh Baha’i

اختلفوا في وقوع الزيادة والنقصان فيه. والصحيح أنّ القرآن العظيم محفوظ عن ذلك زيادةً كان أو نقصاناً ، ويدلّ عليه قوله تعالى : ( وَإنّا لهُ لحَافِظُونَ ). وما اشتهر بين النّاس من إسقاط اسم أمير المؤمنين عليه السلام منه في وبعض المواضع مثل قوله تعالى : ( يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ ) في عليّ وغير ذلك فهو غير معتبر عند العلماء.

Mereka berselisih dalam terjadinya penambahan dan kekurangan, dan yang benar adalah bahwa al-Quran al-Adzim terjaga dari hal itu, baik penambahan maupun pengurangan. Dan firman Allah Swt menunjukkan atas (pandangan) itu “( وَإنّا لهُ لحَافِظُونَ ).” Adapun (ayat) yang mashur diantara orang-orang perihal pengguguran (penghapusan) nama Amirul Mukminin as di beberapa tempat seperti firmanNya يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ  fi ali (perihal Ali) dan semisalnya maka itu tidak muktabar di sisi para ulama.[3]

[1] Imam Khomaini Anwar al-Hidayah fi Ta’liqah ala al-Kifayah Jil. 1, hal. 243-244

[2] Al-Mizan fi at-Tafsir al-Quran Jil. 12, Hal. 107

[3] Aala ar-Rahman fi Tafsir al-Quran hal. 26

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *